Dari Asongan Menjadi Pengusaha Sukses | Menjadi orang sukses adalah pilihan hidup setiap orang yang mau berusaha.
Pemikiran itu yang membawa Wildan, pria berumur 38 tahun, sukses menjalankan beberapa bisnis sekaligus.la membuka bengkel jok mobil Mr. Seat, bengkel knalpot, menjual pisang goreng pasir Pisangku, dan menciptakan kompor hemat bahan bakar.
Kerja keras dan terus menciptakan inovasi dalam berbisnis membuat seorang anak daerah dari Lampung bernama Wildan sukses menaklukkan ibukota. Saat ini, ia telah memiliki bengkel jok mobil yang sudah dikenal luas kualitas dan inovasinya. Namanya Mr. Seat di daerah Jl. Pangeran Antasari, Cipete, Jakarta Selatan.
Dalam sebulan, Wildan mengaku bisa mengantongi omzet dari pesanan jok mobil antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Ia sering mengikuti pameran-pameran mobil dengan memamerkan kreasi jok mobil nyeleneh. “Saya pernah membungkus satu badan luar mobil Avanza baru dengan jok kulit buatan sendiri,” kenangnya.
Di samping itu, Wildan memiliki bengkel knalpot dan AC yang bersebelahan dengan lokasi bengkel Mr. Seat. Tidak hanya itu, sejak dua tahun silam, ia menjajal peruntungan dengan menjual pisang goreng pasir yang kala itu menjadi tren. Ia menamakan pisang pasirnya dengan merek Pisangku. Dari enam gerai miliknya, Wildan mengaku bisa menjual hingga 4.000 potong pisang goreng per gerai setiap akhir pekan. Pada hari biasa, rata-rata penjualannya 2.000 pisang.
Untuk bisa menghemat ongkos produksi pisang pasirnya, Wildan mencoba menciptakan kompor hemat bahan bakar yang membuat proses penggorengan lebih cepat. Kompor bikinannya ini memiliki banyak semburan mata gas sehingga membuat wajan cepat papas. “Dengan menggunakan kompor ini, kami bisa mengefisiensikan bahan bakar dan menambah kapasitas penggorengan,” ujarnya.
Pencapaiannya itu tidak begitu saja dia dapatkan dalam sekejap mata. Ia bahkan tidak menyangka bisa sesukses sekarang. “Semua ini anugerah dan kehendak Tuhan sehingga saya bisa sesukses seperti saat ini,” ujarnya merendah.
Padahal, pada tahun 90-an, Wildan belum menjadi apa-apa. Ia bahkan tidak sempat menyelesaikan kuliahnya di Lampung lantaran harus segera menghasilkan uang agar bisa melanjutkan hidup secara mandiri. la sempat menjual kartu-kartu ucapan di daerah Blok M sementara belum memiliki pekerjaan tetap. “Saya sering tidur di gudang-gudang daerah Aldiron karena tidak memiliki tempat tinggal tetap,” kenangnya.
Kala itu, untuk mencari pekerjaan lebih layak, selain menjadi penjual kartu ucapan, Wildan juga nyambi menjadi tenaga penjual (salesman) alatalat rumah tangga. “Saya menjalani pekerjaan tersebut sebaik-baiknya walaupun sebagai tukang jualan alat rumah tangga dari rumah ke rumah sering mendapat penolakan,” kenangnya.
Melakoni profesi sebagai tenaga penjual alias salesman alat-alat rumah tangga, Wildan sempat menjadi supervisor. la mulai menabung hasil jerih payahnya. Malang tak bisa ditolak, perusahaan tempat ia bekerja bangkrut. Wildan harus mencari tempat kerja lain agar bisa bertahan hidup.
Tuhan memberi jalan. Dari koneksi sang kakak, Wildan mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan jasa pembebasan tanah. “Saya waktu itu sempat membebaskan tanah di Bali dan Lombok,” ujarnya.
Perlahan tapi pasti, tabungan Wildan mulai terkumpul. Tabungan ini kemudian ia jadikan modal membuka bengkel knalpot dan mesin penyejuk udara alias air conditioner (AC). “Waktu itu, abang Saya juga sudah lebih dulu membuka bengkel yang sama, tidak jauh dari bengkel saya. Lalu, kami patungan mendirikan bengkel, saya ditugasi untuk mengelolanya,” ujar Wildan.
Awalnya bisnis ini tak gampang. Wildan sempat putus asa, sebab ternyata peminat bengkelnya sangat sedikit. Sepi dan terus merugi. Saking frustrasi, sempat terbersit menjual tanah tempat bengkelnya berdiri. Untung langkah ini urung lantaran penawaran harganya sangat rendah. “Mungkin sudah takdir saya tidak boleh menjual bengkel itu,” ujar Wildan.
Tawaran lain datang. Tak seberapa lama, ada seseorang yang ingin bekerjasama membuka usaha jok mobil. Wildan diminta menyediakan tempat dan mencari pesanan, sang rekan mengerjakan pesanan jok mobil. Tapi, lagi-lagi, rencana ini tidak berjalan lancar. Sebab, mitranya selalu mangkir dari tenggat penyelesaian pesanan.
Wildan lantas memutuskan kerjasama. Tapi, satu dari tiga pegawainya menyarankan terus menjalankan bisnis jok ini. Awalnya, ia sempat ragu, sebab ia tidak mengerti sama sekali bisnis jok mobil dan otomotif. Untunglah, sang pegawai yang sudah piawai mau membantu. Wildan mencoba menginvestasikan uangnya dengan membeli bahan-bahan jok. la memberi nama usahanya dengan sebutan Mr. Seat pada tahun 2002. Tapi, usahanya tetap saja sepi.
Wildan belum menyerah. la lalu berusaha mengamati dan mempelajari bagaimana menjalankan usaha jok mobil di tempat lain yang lebih ramai peminat. Selain itu, ia rajin mempelajari teknik pemasangan jok dari media massa. Berbekal ilmu yang didapat, Wildan lalu menerapkannya. la memasang strategi lain: beriklan dengan janji kualitas bagus dan harga miring.
Ternyata, dengan memberi diskon dan gebrakan saat membuka bengkel jok, Mr Seat mulai dikenal orang dan lama kelamaan banyak orang yang datang mengganti jok. “Saya sempat banting harga jok mobil sedan menjadi Rp 1 juta. Padahal, di bengkel lain, saat itu harganya Rp 1,6 juta,” kenang Wildan.
Tidak hanya itu, Wildan juga membuat terobosan dalam berpromosi, yaitu dengan membungkus body mobil dengan kain jok. Setelah itu, ia menambah bola besar dari kulit jok di badan mobil. Tuiuannya, mencuri perhatian masyarakat terhadap merek Mr. Seat. Hasilnya, masyarakat benarbenar tertarik dan memutuskan mengganti jok di Mr Seat.
Namun, kesuksesan bisnis bengkel jok Mr. Seat tidak lantas membuat Wildan berpuas diri. Pada tahun 2005, bisnis pisang goreng Pontianak tiba-tiba populer di Jakarta. Jiwa bisnis Wildan mendorongnya menjajal peruntungan di bisnis ini juga.
Pada awal 2006, Wildan mulai membuat pisang goreng premium dengan merek PisangKu di Bintaro, Tangerang. Kebetulan, ia pernah berjualan pisang goreng sejenis itu di Lampung, meskipun mandek dan gagal. Nah, agar tidak gagal lagi, sebelum membuat PisangKu, Wildan sempat mengantre membeli Pisang Goreng Pontianak yang sudah lebih dulu populer. “Tapi, saya khawatir usaha ini akan cepat mati. Sebab, mereka sangat terbuka soal resepnya sehingga sangat mudah ditiru orang,” ujar Wildan.
Faktanya, banyak sekali pisang pasir goreng sejenis bermunculan. Makanya, Wildan akhirnya membuat resep rahasia dengan pemilihan pisang dari Lampung, bukan dari Pontianak. “Sampai sekarang, karyawan saya tidak pernah tahu resep pembuatan pisang goreng pasir Saya tersebut,” kata Wildan.
Wildan mengaku, kegigihannya dalam menjalankan bisnisnya lahir dari perjalanan hidup sejak kecil. Waktu itu, Wildan harus membantu perekonomian keluarga dengan berdagang teh kotak dan tisu dari bus ke bus saat masih bersekolah di Lampung. Bahkan, ia sempat berjualan bakwan dan es. “Dari sana, saya tahu bahwa manusia harus berusaha jika ingin berhasil,” ujamya.
Saat ini, Wildan bisa membawahi ratusan pekerja di bengkel maupun gerai PisangKu. Kedepan, ia bercita-cita menciptakan makanan murah meriah tapi memiliki keunikan yang bisa menjadi tren di Jakarta. “Masih saya pikirkan jenis makanan apa. Yang jelas, saya akan menjaga bisnis saya terus berjalan,” ujarnya.
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com